Mengenal Novel Ghostwriter dan Proses Pembuatannya

novel ghostwriter

Novel adalah salah satu karya yang memiliki penggemar cukup luas. Berbagai usia dan kalangan banyak menjadi penikmat karya tulis satu ini. Tidak sekadar sebagai pembaca, sering pula mereka memimpikan dapat menciptakan novel mereka sendiri. Meski tidak memiliki kemampuan menulis yang cukup, mereka bisa membuat novel ghostwriter.

Apakah itu? Yaitu karya novel yang dibuat atas bantuan ghostwriter atau penulis bayangan. Jika begitu, apakah artinya ada pemalsuan karya, penipuan, dan lain sebagainya? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari simak penjelasan tentang proses pembuatannya berikut.

Mengenal Lebih Jelas Tentang Novel Ghostwriter

Novel ghostwriter adalah karya hasil dari proses di mana seorang penulis profesional menulis novel atas nama orang lain. Selanjutnya, novel tersebut diterbitkan dengan nama klien sebagai pengarang atau penulisnya. Kenapa ini bisa terjadi? Ada beberapa alasan yang memicu munculnya layanan ini dan adanya klien yang menggunakannya.

Umumnya, klien memiliki ide cerita, tetapi kurang dalam keterampilan menulis atau sedikitnya waktu untuk menulis. Dalam konteks ini, ghostwriter bertugas untuk menuangkan ide klien ke dalam bentuk novel. Tentunya, dengan gaya, alur, karakter, dan struktur yang sesuai permintaan atau arahan klien.

Sebenarnya, Bolehkah Menggunakan Jasa Ghostwriter?

Seperti yang sempat disinggung di atas, ada pandangan bahwa menggunakan jasa ghostwriter bukan sesuatu yang etis. Namun, kita juga perlu memahami poin utama penggunaan jasa ghostwriter, termasuk dalam pembuatan novel ghostwriter. Yaitu, ide utama tetaplah dari klien, sementara ghostwriter akan membantu menuangkan ide tersebut.

Untuk lebih mengenal jasa ini, Anda perlu mengetahui langkah-langkah proses dalam jasa ghostwriter. Simak penjelasan berikut!

1.    Mengenal Klien dan Menggali Buku yang Ingin Ditulis

Pertama kali ketika ghostwriter mendapatkan klien, hal utama yang dilakukan adalah mencari tahu lebih banyak tentang klien tersebut. Kenapa ini penting? Hal ini agar ghostwriter tidak benar-benar asing terhadap kliennya dan mempermudah untuk menggali data lebih banyak melalui pengetahuan ghostwriter tentang klien.

Tentunya, ghostwriter juga bisa terbayang buku apa yang diinginkan dan tepat untuk sosok tersebut. Dari pertemuan atau diskusi yang dilakukan, ghostwriter juga perlu menggali keinginan klien terhadap buku yang akan ditulis. Data yang diperlukan seperti, genre buku, konten, target pembaca, gaya bahasa, hingga poin-poin besar yang ingin dimuat.

2.    Membuat Contoh Tulisan dan Outline

Setelah penggalian konten secara garis besar, ghostwriter bisa membuat contoh tulisan (sepotong bagian dari konten yang sudah didapat) untuk ditunjukkan terlebih dahulu ke klien. Mungkin tidak semua ghostwriter melakukan ini, tetapi ghostwriter yang membuat contoh tulisan dapat menemukan gaya penulisan yang sesuai dengan harapan klien.

Dengan begitu, ghostwriter memiliki gambaran lebih jelas tipe tulisan yang sesuai dengan keinginan atau preferensi klien. Setelah klien memilih contoh tulisan yang cocok menurutnya, ghostwriter akan melanjutkan ke proses pembuatan outline atau kerangka besar naskah.

3.    Membuat Daftar Pertanyaan dan Melakukan Wawancara

Outline yang sudah dibuat, akan diberikan ke klien untuk mendapat persetujuan. Jika klien sudah setuju dengan outline tersebut, ghostwriter akan membuat daftar pertanyaan berdasarkan outline untuk persiapan wawancara atau penggalian data atau bahan lebih lanjut. Daftar pertanyaan disusun sesuai topik-topik per babnya.

Jika klien akan membuat novel ghostwriter, penggalian bahan bisa terkait tokoh-tokoh yang terlibat, alur cerita, konflik yang ingin dimunculkan, hingga pesan yang ingin disampaikan. Sebagai partner, ghostwriter bisa memberikan usulan terkait hal-hal tersebut. Usulan bisa diwujudkan asalkan klien setuju sebab perlu diingat bahwa ide utama adalah milik klien.

4.    Mengolah Data dan Melakukan Riset

Setelah mendapatkan data atau bahan tulisan dan sebelum menulis, ghostwriter dapat mengolahnya. Mengolah di sini berarti melakukan transkrip jika data direkam, lalu bahan dirapikan dalam satu file sesuai babnya agar lebih mudah ketika membaca bahan untuk ditulis. Tentu akan memusingkan apabila bahan satu bab terpencar atau tidak runut, bukan?

Saat mengolah data ini, ghostwriter juga dapat melengkapi bahan melalui riset. Misalnya, data penelitian untuk buku tentang kesehatan atau keilmuan lainnya. Hal ini penting untuk memperkaya bahan dan mendukung bahan dari klien. Terlebih untuk buku nonfiksi, data berupa teori atau hasil penelitian akan membuat kredibilitas buku lebih kuat dan terpercaya.

5.    Menulis Berdasarkan Outline yang Sudah Disepakati

Setelah bahan siap dengan tambahan data dari riset, waktunya ghostwriter menulis naskah per bab. Dalam proses ini, ghostwriter berpatokan pada outline yang sudah disetujui, bahan dari klien, usulan yang juga disepakati bersama, serta gaya penulisan dari contoh tulisan sebelumnya.

Jika dalam prosesnya ghostwriter merasa perlu memastikan kembali terkait bahan atau cerita yang kurang jelas, sebaiknya mengonfirmasinya kepada klien. Hal ini dilakukan agar tidak ada kata “telanjur” yang ternyata ada kesalahan fatal dalam tulisannya. Tentu, ghostwriter harus menjaga komunikasi dengan klien dalam setiap tahap.

6.    Klien Mengecek Naskah dan Memberi Feedback

Setelah tahap-tahap yang dilakukan oleh ghostwriter, kini waktunya tugas klien. Jangan salah menyangka bahwa klien tidak akan memiliki tugasnya sendiri ketika sudah menggunakan jasa ghostwriter. Klien bertugas mengecek hasil tulisan untuk memastikan sudah sesuai dengan keinginannya.

Klien juga diperkenankan memberikan usulan baru, mengoreksi konten, dan feedback perbaikan lainnya. Misalnya untuk novel ghostwriter, klien ingin bagain cerita tertentu dibuat lebih dramatis dengan adegan yang detail dan pilihan diksi menguras emosi. Hal seperti itu dapat disampaikan kepada ghostwriter.

7.    Merevisi Naskah Sesuai Feedback dari Klien

Setelah ghostwriter mendapatkan feedback perbaikan, waktunya merevisi sesuai catatan yang diberikan klien terhadap naskahnya. Mengingat naskah yang ditulis merupakan ide dari klien dan secara perjanjian juga merupakan kepemilikan klien, ghostwriter tentu perlu mengikuti permintaan klien tentang perubahan atau revisi pada naskahnya.

Tentu saja jika ghostwriter—selaku penulis berpengalaman dan partner klien—merasa feedback perbaikan dari klien kurang sesuai, bisa menyampaikan pendapat dan saran perbaikan lain. Diskusi serta kolaborasi antara klien dan ghostwriter dalam proses pembuatan buku ini memang menjadi satu hal yang mendukung keberhasilan proyek.

8.    Naskah Memasuki Proses Penerbitan dan Percetakan

Setelah segala proses penulisan selesai, baru naskah akan memasuki proses penerbitan dan percetakan. Di tahap ini, klien tinggal menunggu hasil editing, layout, desain sampul, dan file akhir sebelum cetak. Jika semua sudah disetujui, naskah siap terbit dan cetak. Hanya menunggu beberapa hari atau pekan, buku sudah ada di tangan klien.

Memiliki Ide Cerita yang Ingin Diwujudkan dalam Buku?

Melihat penjelasan di atas, bagaimana sekarang pandangan Anda terhadap penggunaan jasa ghostwriter? Terlepas dari pandangan yang beragam, adanya jasa ini nyatanya memang membantu orang-orang untuk menyebarkan ide dan keilmuannya kepada khalayak umum dengan lebih mudah.

Jika ada ingin membuat novel ghostwriter, kini secara garis besar Anda sudah tahu tahapan yang akan dilalui. Misalnya, Anda sudah memiliki ide tetapi kesulitan menuangkanya dalam bentul tulisan atau membutuhkan partner untuk menjadikan cerita Anda lebih menarik, saatnya menghubungi http://jasapenulisprofesional.com. Wujudkan segera buku Anda!

Bagikan Ke :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top