Tren Mencatat Catatan Hidup Melalui Journaling Diary di Media Sosial
Kita semua pasti pernah menulis catatan hidup melalui tulisan diary. Kegiatan menulis ini kebanyakan dilakukan di era 90-an. Banyak orang di zaman itu menuangkan segala emosi, kenangan dan memori, bahkan pikiran apa pun itu diabadikan dengan buku harian. Dan itu pernah menjadi trend.
Buku kecil berukuran A5, dengan berbagai ornament dan warna menjadi teman dikala senang dan sedih. Penulis diary seringnya mengurung diri di kamar dan menulis segala perasaannya di buku kecil itu. Setelah selesai ditulis, disimpan dengan sangat hati-hati seolah-olah tidak mau dibaca oleh orang lain.
Ketika satu buku sudah penuh dengan segala celotehan dan coretan hidup, penulis membaca lagi buku diarynya. Berbagai perasaan pun muncul. Sedih, senang, geli, malu bahkan seringkali menertawai diri sendiri. Dan ternyata, tren ini masih bertahan hingga di zaman ini.
Namun, ada yang membedakan catatan hidup di tahun 90 an dengan di tahun ini. Generasi yang menulis juga tentunya sudah beda. Kebanyakan milenial di tahun 90 an menulis diary hanya melalui buku catatan saja atau recorder tape. Sedangkan generasi saat ini yang dijuluki dengan Gen-Z, mencatat segala perjalanan hidup dan memori melalui berbagai media.
Nah, sebelum mengetahui apa perbedaan di zaman milenial dengan zaman ini. Ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu definisi catatan hidup.
Catatan Hidup? Apa Itu?
Secara harfiah, “catatan hidup” mencerminkan bagaimana seseorang mencatat peristiwa-peristiwa penting, momen bersejarah, pencapaian, kegagalan, serta pelajaran hidup yang diperoleh sepanjang perjalanan mereka. Hal ini dapat mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti karir, hubungan interpersonal, dan aspirasi masa depan.
Ini bisa berupa catatan tertulis, gambar, video atau bahkan memori yang disimpan dalam pikiran seseorang. Catatan hidup seringkali digunakan untuk merefleksikan perjalanan seseorang dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan, serta sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan pengembangan pribadi.
Dalam banyak kasus, catatan hidup juga menjadi bentuk dokumentasi yang berharga bagi generasi mendatang. Ini tidak hanya memberi wawasan tentang kehidupan seseorang, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang konteks sejarah dan budaya di mana seseorang hidup.
Namun, definisi ini tidak selalu terbatas pada bentuk yang klasik atau formal. Dalam era digital saat ini, banyak orang membagikan kisah hidupnya melalui media sosial, blog, atau platform daring lainnya. Ini mencerminkan perubahan paradigma dalam cara orang menyimpan dan membagikan pengalaman hidup mereka.
Dalam konteks psikologi, catatan kehidupan sering digunakan sebagai alat terapi atau konseling. Proses menulis atau merekam pengalaman hidup dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan dan memproses emosi, serta mengatasi traumatisasi atau konflik internal yang mereka hadapi.
Catatan Hidup: Gen-Z VS Millenial
Perbedaan antara tren mencatat kisah hidup di era milenial dan di era sekarang, khususnya di kalangan Gen-Z, sangat terlihat dalam penggunaan media. Di era milenial, kebanyakan orang cenderung mencatat perjalanan hidupnya melalui buku catatan saja. Ini lebih bersifat pribadi dan seringkali hanya untuk konsumsi sendiri.
Sedangkan Gen-Z cenderung menggunakan platform daring dan media sosial sebagai wadah menuangkan perasaan. Melalui Instagram, twitter, atau bahkan TikTok, generasi ini menemukan cara baru untuk berbagi momen hidup mereka dengan dunia secara lebih instan dan terbuka.
Satu perbedaan mencolok ini disebabkan oleh perbedaan teknologi di zaman itu. Milenial, tumbuh di era internet yang baru berkembang. Selain menulis di buku harian atau merekam di tape recorder, mereka juga berbagi pengalaman dan uneg-uneg secara langsung dengan teman atau keluarga, tetapi cakupannya relatif lebih terbatas.
Di sisi lain, Gen-Z yang memang dibesarkan di tengah kemajuan teknologi digital yang pesat, memiliki akses ke berbagai platform daring yang memungkinkan mereka untuk berbagi momen hidup mereka secara lebih luas dan cepat. Media sosial seperti Instagram, dengan fitur Stories yang memungkinkan pengguna untuk berbagi video dan gambar dalam waktu nyata.
Selain itu, bagi sebagian besar milenial mereka menulis kisah hidupnya seputar pengalaman, pribadi, merefleksikan perjalanan hidup atau hanya sekadar menyimpan kenangan untuk diri sendiri. Sementara bagi generasi lain, catatan hidup sering kali menjadi bagian integral dari identitas digital mereka.
Gen-Z menggunakan media sosial sebagai sarana untuk membangun jaringan sosial, mengekspresikan diri atau bahkan membangun merek pribadi. Tentunya dibalik perbedaan ini ada satu kesamaan yang layak untuk disorot.
Keduanya sama-sama menghargai arti pentingnya merekam momen penting dalam kehidupan mereka, baik itu untuk tujuan pribadi maupun untuk berbagi dengan orang lain. Baik itu melalui buku catatan atau media sosial, catatan hidup tetap menjadi cara yang penting bagi kedua generasi ini untuk merekam jejak hidup mereka dan meninggalkan warisan bagi generasi mendatang.
Dampak Psikologis dari Cara Mencatat Catatan Hidup
Dalam memahami perbedaan antara cara Generasi Z dan milenial mencatat catatan hidup, kita juga perlu menggali dampak psikologisnya. Perbedaan ini tidak hanya mencerminkan perkembangan teknologi, tetapi juga mempengaruhi cara individu memproses dan mengingat pengalaman hidup mereka serta bagaimana hal tersebut memengaruhi kesejahteraan mental mereka.
1. Prosesing dan Ingatan Pengalaman
Generasi Z cenderung menggunakan media sosial untuk mencatat momen hidup mereka secara instan. Ini memungkinkan mereka untuk mengabadikan momen secara visual dan membagikannya dengan cepat kepada orang lain. Namun, studi telah menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat mengganggu prosesing pengalaman dan ingatan.
Paparan yang berlebihan terhadap informasi yang cepat dan singkat dapat mengganggu kemampuan kita untuk merenungkan pengalaman secara mendalam dan memori jangka panjang. Di sisi lain, milenial cenderung menggunakan catatan pribadi seperti buku harian atau rekaman tape.
Cara ini memungkinkan mereka untuk merefleksikan pengalaman secara lebih intim dan mendalam. Dengan merenungkan pengalaman dalam tulisan atau suara mereka sendiri, mereka dapat memperkuat ingatan dan memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.
2. Pengaruh Terhadap Persepsi Diri
Penggunaan media sosial sebagai alat untuk mencatat perjalanan hidup juga dapat memengaruhi persepsi diri individu. Generasi Z sering kali terjebak dalam budaya perbandingan yang diperkuat oleh jumlah like, komentar, dan pengikut. Hal ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan mengenai citra diri mereka.
Di sisi lain, milenial mungkin lebih cenderung menggunakan catatan hidup mereka sebagai alat untuk merefleksikan pertumbuhan pribadi dan pencapaian mereka. Dengan fokus pada pengalaman pribadi dan introspeksi, mereka mungkin memiliki persepsi diri yang lebih stabil dan terpusat.
3. Hubungan Sosial
Penggunaan media sosial oleh Generasi Z sebagai wadah untuk mencatat catatan hidup juga dapat memengaruhi hubungan sosial mereka. Meskipun mereka dapat terhubung dengan orang lain secara lebih luas dan cepat, hubungan tersebut seringkali bersifat dangkal dan kurang mendalam. Ketergantungan pada interaksi online juga dapat mengganggu kemampuan mereka untuk membentuk hubungan yang berarti di dunia nyata.
Sebaliknya, milenial mungkin lebih cenderung menggunakan catatan hidup mereka sebagai cara untuk terhubung secara lebih mendalam dengan teman atau keluarga. Proses berbagi pengalaman secara langsung dapat memperkuat ikatan interpersonal dan menciptakan hubungan yang lebih berarti.
Catatan Hidup In the Future
Di masa depan, catatan hidup akan menjadi lebih terintegrasi dengan teknologi canggih. Kemungkinan kita akan melihat perkembangan aplikasi dan perangkat yang memungkinkan kita merekam pengalaman hidup secara lebih immersif, seperti melalui realitas virtual atau augmented reality.
Selain itu, kemajuan dalam kecerdasan buatan dapat memungkinkan kita untuk secara otomatis merekam dan mengorganisir momen-momen penting dalam hidup kita. Hal ini akan membantu dalam merekam dan merayakan momen-momen berharga, serta memberikan kesempatan untuk introspeksi dan pertumbuhan pribadi secara lebih baik di masa mendatang.
Dengan integrasi yang lebih dalam antara teknologi dan catatan hidup, kemungkinan akan ada peningkatan dalam kemampuan untuk menyimpan dan membagikan pengalaman secara lebih mudah dan lebih cepat. Ini bisa melibatkan penggunaan sensor atau perangkat wearable yang secara otomatis merekam aktivitas dan pengalaman sehari-hari, serta menyimpannya dalam format yang mudah diakses.
Selain itu, di masa depan, catatan hidup mungkin juga akan menjadi lebih terhubung dengan konsep identitas digital kita. Data yang terkumpul dari catatan hidup kita dapat digunakan untuk membangun profil digital yang lebih lengkap, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai individu.
Namun tak sedikit pula orang-orang yang lebih memilih untuk menggunakan cara lama. Dengan cara apa? Yaitu dengan membuat sebuah buku. Mengabadikan kisah perjalanan hidup melalui sebuah buku kini juga digandrungi oleh banyak orang. Tentunya, memilih jalan ini dibutuhkan kemampuan menulis yang mahir.
Tak usah risau dan galau, dengan perkembangan teknologi dan semakin majunya zaman. Ada satu jasa penulis profesional yang bisa membantu keinginan mengabadikan catatan hidup dalam sebuah buku. https://jasapenulisprofesional.com adalah jasa yang akan memberikan titik terang bagi keinginan Anda.