Aktivitas Penulis yang Jarang Orang Ketahui

aktivitas penulis

 

Impian menjadi penulis makin tinggi beberapa tahun terakhir ini. Bisa dilihat dari makin banyaknya tulisan yang tersebar dalam bentuk buku cetak maupun noncetak. Misalnya di aplikasi online tulis dan baca buku seperti KBM, Wattpad, atau juga di Twitter (X) yang karyanya dibagikan dalam bentuk AU (Alternative Univers) yang kini tengah menjadi tren.

Dengan mudahnya kini membagikan karya, bukankah itu membuat kita lebih terdorong dan semangat untuk menulis? Tidak harus menerbitkan buku cetak, karya kita sudah bisa dinikmati banyak pembaca. Apalagi ketika jumlah pembaca mencapai angka tertentu, ditambah pula berbagai respon yang bisa kita pantau langsung melalui aplikasi tersebut.

Terlepas dari itu semua, penikmat buku atau orang-orang yang hanya mengenal penulis di permukaan sering kali menganggap profesi ini bergelut dengan kegiatan yang monoton. Pikiran bahwa keseharian penulis hanya dipenuhi dengan aktivitas menulis memang tidak sepenuhnya salah. Namun, ada aktivitas lain yang mungkin sekali tidak pernah terbayang.

Bangun Tengah Malam untuk Memulai Melepaskan Segala Imajinasi

Sebagai orang penulis, tak jarang waktu malam adalah golden time untuk melancarkan aksinya menulis. Keadaan yang sepi dan tenang, menjadi waktu terbaik bagi beberapa penulis untuk lebih fokus menyusun kata demi kata dan menggali ide baru.

Tak sama seperti profesi lainnya yang umumnya dimulai ketika matahari sudah terbit, penulis lebih fleksibel dalam mengerjakan tulisan. Bahkan di waktu yang normalnya digunakan untuk istirahat, justru bisa menjadi waktu terproduktif. Bagi saya sendiri, menulis saat malam hari memang terasa lebih maksimal.

Memulai Hari dengan Menuangkan Ide-Ide yang Tertahan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, waktu “bekerja” seorang penulis memang fleksibel. Selain malam hari, waktu pagi juga sering menjadi pilihan terbaik bagi banyak penulis. Kondisi tubuh yang segar setelah istirahat di malam hari dianggap membantu untuk berpikir lebih jernih dan menulis dengan lancar.

Menulis biasa dimulai selepas salat subuh dan sebelum memulai aktivitas harian, misalnya bersih-bersih rumah, memasak, atau berangkat kerja jika memiliki pekerjaan utama lain. Jika tidak ada tanggungan yang cukup berat, menulis juga bisa dilakukan setelah sarapan selama beberapa jam sebelum melakukan aktivitas lain baik di dalam atau di luar rumah.

Apakah pagi hari menurut Anda juga waktu terbaik untuk menulis?

 

Mengunjungi Tempat-Tempat Tertentu untuk Menggali Ide

Kalau ada yang berpikir penulis adalah profesi yang aktivitasnya hanya di depan laptop maka salah besar! Justru, penulis tidak bisa hanya bekerja di depan layar laptop. Terlebih, tulisan yang dibuat bukan hanya mengandalkan imajinasi. Entah itu buku nonfiksi atau fiksi sekalipun.

Ya, menulis fiksi tak berarti cukup dengan berimajinasi. Pasalnya, imajinasi juga butuh data yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Jika penulis minim data, yang bisa ditulis pun pasti terbatas. Data di sini bisa berupa banyak hal, tidak terbatas hasil penelitian atau keilmuan pasti lainnya.

Data ini berupa bentuk-bentuk bangunan, barang-barang yang berhubungan dengan cerita, rasa dan tampilan makanan, nama daerah, cara kerja sebuah produk, dan lain-lain. Maka dari itu, mendatangi berbagai tempat akan sangat membantu penulis dalam melahirkan karya yang kaya dan menarik.

 

Tinggal di Daerah Lain dalam Durasi Lama

Satu hal ini mungkin sulit terbayang oleh orang awam. Tidak hanya berkunjung, tetapi dalam proses menulis, memungkinkan sekali penulis pindah tinggal beberapa waktu di daerah lain. Misalnya mengangkat cerita yang penduduknya bekerja sebagai nelayan dan penjual ikan di pasar, penulis dapat memilih daerah pesisir yang sesuai dengan cerita tersebut.

Anda bertanya, “kenapa harus sebegitunya?”

Dia yang begitu, berarti seorang penulis yang menganggap profesinya tersebut tidak main-main. Dia ingin seratus persen membuat tulisan yang kaya akan data, memastikan informasi dalam tulisannya benar-benar terjadi atau bukan mengarang dengan asal. Sebab, meskipun karya fiksi, buku yang ditulis dengan pendekatan riset yang dalam akan lebih terasa nyata.

Aktif Berkenalan dan Menghabiskan Banyak Waktu dengan Orang Baru

Profesi penulis terkadang masih belum bisa lepas dari pandangan bahwa banyak digeluti oleh para introvert. Memang tidak salah. Sebab, kepribadian introvert yang cenderung kurang nyaman berinteraksi dengan orang baru atau asing bahkan kenalan yang ada di sekitarnya, merasa lebih mudah mengeskpresikan diri melalui tulisan.

Namun ketika sudah terjun di bidang ini apalagi sudah mantap menjadikannya pekerjaan utama, meluaskan relasi tidak bisa dihindari. Apalagi dibutuhkan data yang mendalam untuk memperkaya cerita. Misalnya untuk menulis buku bergenre misteri yang melibatkan adegan autopsi maka sangat mungkin untuk berkenalan dengan dokter forensik di dunia nyata.

Tidak hanya sekali bertemu, untuk menggali data dan mendapatkan pemahaman yang mendalam, bisa jadi penulis membutuhkan hingga berhari-hari bahkan hitungan bulan.

Kini, Bagaimana Pandangan Anda tentang Profesi Penulis?

Dari beberapa aktivitas penulis di atas, apakah Anda sudah menyangkanya? Apakah mengubah pandangan terhadap profesi penulis?

Kalau bagi saya, aktivitas-aktivitas tersebut sangat menantang. Apalagi yang harus menjalin relasi dengan orang baru. Untuk seorang yang memiliki kepribadian introvert, pasti sebuah kesulitan tersendiri. Namun jika dipandang dari sisi lain, aktivitas seorang penulis unik dan menyenangkan.

Dibandingkan pekerjaan yang menuntut seharian penuh atau bahkan sepanjang waktu duduk berdiam diri di kantor, penulis justru memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan berbagai pengalaman. Bisa dari kunjungan ke tempat baru hingga bertemu orang baru. Selepas buku tuntas ditulis, pasti itu menjadi kenangan yang membekas.

Apakah Anda juga tertarik merasakan pengalaman menyenangkan itu?

Bagikan Ke :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top